Pages

PERI KECIL

0 comments


Malaikatku telah pergi
Peri kecil itu menjauh,
Berjalan di hari sempit dan menutup  sayap
Meski tak sanggup ku memandangi kaki mungilnya
Tetap sati demi satu langkahnya  menjauh

Hingga menua kilasan cerita itu (ia tak akan kembali)
Meski kini tiada lagi cerita antara kepak kepak sayapnya dan lukisan lukisan
Wanginya yang ku temui dalam tiap nafasku

“Peri kecil masih ingatkah kau ketika meyakinkan aku tuk terbang dengan sayapmu, bersama terangmu”


Bantul, 16 Januari 2012- 4 Februari 2012 (13:45:12)

BERTUBA

0 comments


Belum sempat aku berfikir
Matahari telah tampak tinggi
Sinarnya redup menembus mata
Terasa hangat, menusuk sampai ke hati
Membelah ruang yang tak berbayang, yang tak patut untuk bernafas
Tak patut pula untuk tak bernafas
Sebab disini udara menggumpal
Dan tak bijaksana

Kilau embun berlalu menyisir kelam
Masih ada sisa hujan semalam
pelangi tersungging tanpa warna
Mengusik tangis yang tak kunjung reda
Di sudut langit yang tampak seperti kaca
Airmata menguap dan berwarna
Disana awal cerita
Di tempat yang katanya paling mulia
Awal dari berbagai bunga

Ada bunga yang terpatri
Ada bunga yang tak jadi
Ada pula mimpi yang tak bersemi
Kuncupnya memudar sebelum berkembang,
memudar semalam,
hilanghingga fajar datang
pudar dan menghilang

Padamu aku beri tahu
Hatiku membiru campur debu,
kala malam beradu,
siang menelan,
waktu bertuba
seorang anak kecil mengusap air mata

BINGKAI TANPA CERMIN

0 comments
Berdiri aku dalam tanpa bayang
Berdiri aku dalam mimpi seperti peri
Membayang syahdu, membayang rindu
di pucuk ruh, di ujung kalbu

Sungguh tak mudah berkaca pada bingkai yang tanpa cermin
mengadu cerita pada cermin,
mengalun hasrat
merenta terus
di pucuk ruh